Apa itu Digital Native ?

DIGITAL NATIVE/ PENDUDUK DIGITAL

Dizaman modern seperti sekarang ini, istilah diginal native mungkin tidak asing lagi bagi sebagian kalangan masyarakat. Apa itu digital native ?
Digital native atau bisa juga disebut dengan penduduk digital adalah istilah yang digunakan masyarakat pada zaman sekarang ini untuk seseorang atau sekelompok orang yang lahir dan berkembang di era digital dan mereka dapat dengan mudah berselancar di dunia digital secara bebas dan leluasa. Apa itu era digital ?  
Era digital adalah zaman dimana semua lapisan kehidupan masyarakat sudah bergantung kepada tegnologi informasi dan komunikasi. Karena adanya era digital maka lahirlah digital native atau penduduk digital tadi.
Anak-anak usia dini yang lahir dan berkembang di era digital dapat dengan mudah mengakses internet dan berinteraksi di dunia maya. Lalu siapa saja yang bisa dikatakan sebagai digital native ? menurut para ahli, di Indonesia sendiri seseorang atau sekelompok orang yang dapat dikatakan sebagai digital native adalah mereka yang lahir antara tahun 1990- an sampai mereka yang lahir setelah tahun 2000-an. 
Sekelompok orang yang lahir pada awal 1990- an dapat dikatakan sebagai penduduk digital atau digital native karena pada tahun segitulah era digital mulai berkembang. Bisa dikatakan penduduk digital yang lahir pada tahun 1990- an adalah generasi awal atau pertama dari digital native itu sendiri.
Dari penjelasan mengenai siapa sebenarnya digital native itu, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya digital native itu telah membentuk suatu kependudukan yang besar dan berkembang. Untuk mengetahui seperti apa digital native, dibawah ini beberapa ciri-ciri dari digital native :
1.      Bebas dan menolak untuk dikekang, para penduduk digital atau digital native adalah sekelompok orang yang suka dan puas akan kebebasan. Dikatakan bebas karena mereka hidup dan berkembang dalam kebebasan digital. Lantas bagaimana didunia nyata ? didunia nyata pun para digital native juga suka akan kebebasan. Mereka tidak suka dikekang dan dilarang. Saat dalam kehidupannya ada seseorang atau orang dewasa yang meguasai seluk beluk kehidupannya, mereka akan mengalihkan diri ke dunia digital. Tempat dimana mereka dapat membebaskan diri dari semua kekangan dan melakukan apapun yang mereka sukai.
2.      Semuanya bukan hanya tentang bekerja, Bermain juga harus, anak-anak generasi digital mencerdaskan diri dan menikmati hidup dengan bermain. Tetapi bermainnya berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Anak-anak digital native bermain bukan dengan cara melempar kelereng atau sendal, bukan juga dengan bermain layangan dan kali. Seperti namanya, mereka akan bermain di dunia digital. Permainan apapun itu dia lakukan dengan perkembangan era digital, apakah itu dengan ponsel, ipad, komputer, laptop ataupun PS. Anak-anak digital native akan menggunakan logika bermain dalam menjalankan pekerjaannya. Bisa dikatakan dengan bekerja sambil bermain.
3.      Senang mengekspresikan diri, anak-anak digital native senang mengekspresikan diri dan apa yang mereka rasakan, tetapi mereka megekspresikan diri dengan cara berbeda. Mengekspresikan diri ala anak-anak digital native itu melalui sosial media. Jika kita membuka sosial media anak-anak digital native, akan tampak status-status yang menggambarkan perasaan dan apa yang mereka rasakan. Mereka akan secara ekspresif menceritakan apa yang terjadi dengan mereka dan perasaan apa yang sedang mereka rasakan. Itu adalah hal yang wajar bagi anak-anak kalangan digital native.
4.      Enggan untuk menunggu, sebagaimana yang diketahui, dunia digital identik dengan kecepatan. Semua yang berselancar dengan digital dan teknologi dikenal dengan kecepatan. Para generasi digital native juga seperti itu, mereka identik dengan kecepatan dan enggan untuk menunggu sesuatu. Namun, apabila ada suatu keadaan yang memaksa mereka untuk menunggu, mereka akan mengalihkan perhatian mereka kepada hal lain, seperti bermain sosial media, bermain game, mendengarkan music ataupun menonton youtube.
5.      Mencari sesuatu, bukan menunggu di suruh, para generasi digital ative bisa dikatakan sebagai anak yang kreatif, daripada menunggu disuruh untuk mengerjakan sesuatu, mereka akan lebih senang untuk mencari sesuatu yang bisa dikerjakan. Hal ini adalah salah satu efek positif dengan adanya kecanggihan digital.
6.      Bukan hanya mengunduh tetapi juga mengunggah, kemajuan dunia per-internetan membuat anak-anak digital native tidak hanya suka mengunduh, tetapi juga menggunggah suatu konten. Anggaplah conohnya di sosial media. Jika mereka mengubduh instagram, youtube ataupun twitter, mereka akan suka mengunggah sesuatu konten ataupun status untuk membuat mereka tetap tampak eksis, kebanyakan anak-anak digital native akan merasa kurang eksis jika tidak memanfaatkan internet dan media digital untuk mengunggah sesuatu.
Dari perkembangan era digital di Indonesia yang cukup pesat inilah melahirkan para generasi digital native yang tumbuh dan berkembang dengan tegnologi. Jika anak-anak ini dikatakan sebagai digital native lalu bagaimana dengan orang tua yang melahirkan ?
Orang tua dan anak digital native memiliki dunia yang berbeda, orang tua dari seorang digital native bukan merupakan digital native. Anggaplah orang tua juga mempelajari digital dan tegnologi seperti sang anak, namun mereka tidak dapat dikatakan sebagai penduduk digital/digital native. Karena, seseorang yang dikatakan sebagai digital native adalah mereka yang lahir, tumbuh dan berkembang di era digital.
Namun, sebagai orang tua juga harus memperhatikan tumbuh kembang anak digital native. Bila dilihat dari ciri-ciri diatas, memang era digital membuat anak lebih kreatif dan berkembang dengan baik. Tapi, jika anak-anak digital native menggunakan digital dan tegnologi dengan cara yang tidak baik, akan berdampak buruk juga terhadap perkembangan anak.
Beberapa manfaat dari perkembangan era digital terhadap generasi digital native adalah membuat mereka berfikir lebih kreatif, mengasah daya pikir anak menjadi lebih maju dan berkembang. Anak-anak yang memanfaatkan media digital dan tegnologi dengan baik akan berkebang dengan baik pula.
Sebaliknya, jika era digital digunakan untuk hal yang tidak baik, akan melahirkan digital native yang tidak baik pula. Disetiap sisi positif pasti ada sisi negatif. Begitu pula berlaku halnya untuk kasus generasi digital native ini. Dari sekian banyak anak-anak digital native, pasti ada diantara mereka yang memanfaatkan era digital untuk hal yang tidak baik. Contohnya pornografi dan kekerasan. Tidak sedikit anak-anak ini melakukan kekerasan karena melihat dan mempelajari dari game online ataupun game-game lainnya yang mereka mainkan di smartphone. 
Begitu juga dengan pornografi. Banyak tontonan-tontonan yang mereka lihat tidak sesuai dengan usia. Anak-anak digital native atau anak-anak zaman sekarang itu banyak yang sudah cinta-cintaan dan pacaran, salah satunya akibat tontonan yang tak sesuai dengan kategori usia ini.
Oleh karena itu, sebagai orangtua digital native, harus pintar-pintar mengontrol dan mengawasi anak-anaknya dalam mengakses internet dengan media digital. Ingat, mengontrol dan mengawasi, bukan mengekang ataupun melarang anak -anak.


Sumber
Penggunaan Media Sosial oleh Digital Native, Lucy Pujasari Supratman Universitas Telkom Jalan Telekomunikasi Nomor 1, Bandung, Jawa Barat 40257
Motivasi, Kebiasaan, dan Keamanan Penggunaan Internet, Zinggara Hidayat, Asep Saefuddin, Sumartono Sumartono
Peran Orangtua dan Guru dalam Membangun Internet sebagai Sumber Pembelajaran, Shaifuddin Chalim






Komentar

Postingan Populer